Sabtu, 13 Februari 2010

Cerpen:"Makna Sepatu Kets"

“Makna Sepatu Kets”

Oleh : Risma Intani Pertiwi


H

ujan gerimis menpercepat senja

“Ohok…ohok..ohok.”dentuman dahak itu terdengar keras dari mulut wanita setengah baya yang tak lain adalah ibu Tania.

“Clak….clak…clak”semakin lama semakin tak berirama pula suara dari celah atap itu.

Astagfirullahaladhim gerutu watina itu dalam hati sambil mengelus-eluskan dadanya.

Ia pun reflect mengambil ember untuk menampung air yang berjatuhan di celah atap.

“Huuhh..”dengus Tania sambil mengacuhkan dirinya.

Ibu hanya tersenyum melihat sang anak mengacuhkanya meskipun keaadaanya itu bertolak belakang dengan sanubari hatinya.

Ya Allah bukakanlah pintu hati anakku,jangan kau malah membuat dia semakin jauh denganku.Pinta wanita itu dalam hati.Memang ada yang hilang dari keluarga itu ketidakhadiran seorang kepala keluarga.

Hujan yang tidak begitu lebat itu menerobos ke celah genting yang telah rapuh.seharusnya dengan keaadan begitu sosok lelakilah yang mampu mengatasinya.Namun ini berbeda,sosok lelaki itu kini tengah membanting tulang tiada henti untuk kehidupan di masa kini.Meski panasnya matahari membakar kulit,meski derasnya hujan membuat sekujur tubuhnya beku tapi rintangan itu tak membuat sang lelaki mengurungkan niatnya untuk terpontang panting mencari kepingan-kepingan logam.

#####

Adzan Maghrib pun begema ke pelosok bumi.Dalam seruan Tuhan Ibu dan Tania menyeru Asma Allah di basuh air wudhu.

“Ya Allah,jika engkau hendak memberiku rintangan aku mohon perkuat kesabaran,ketawakalan,serta keimanan kami.Jangan buat kami berpaling dari Mu,tunjukanlah petunjuk dan risky Mu pada kami agar kami senantiasa berada di jalanMu.Yaa Arhamma Rohimmin.Amin.”

Satu demi satu tetesan air mata itu jatuh di pelupuk mata sang ibu dan anak.

Tania mencium tangan ibunya dengan hati yang ikhlas.

Sekilas Ia teringat masa lampaunya,saat batang usianya baru memasuki usia lima tahun.Kala itu ia iri melihat teman-temanya yang sudah menduduki bangku sekolah.

“Ibu aku ingin bersekolah sama seperti teman-temanku!”

“Sabar anaku ayo kita minta pada Allah.”ucap sang ibu sambil mengelus-elus rambut anaknya dengan tulus.

Maafkan ibu nak Ibu belum bisa menyekolahkanmu dengan keadaan seperti ini sekarang.

“Ibu..”

Suara itu menghentakan Ibu dari lamunannya.

“Apa nak?”Tanya Ibu

“Bagaimana cara meminta nya?”

Tak lama setelah itu berkumandanglah adzan.

“Ayo nak kita ambil air wudhu dan meminta kepada Allah!”

Itulah pertama kalinya Tania memahami makna di balik mengucap Asma Allah.

Esok harinya Tania melihat ibunya tengah membuat beragam jenis gorengan.

“Ibu banyak sekali seperti barang dagangan ya ibu?”tanyanya dengan polos.

“Iya nak hari ini ibu akan berjualan gorengan”

“Ibuuu..ijinkan Tania membantu ibu”.

Lalu Tania membantu ibunya berjualan gorengan mengelilingi perumahan.

“Gorengan..gorengan ayo siapa yang mau beli?”

“Kamu memang anak ibu yang paling pintar”

Kebahagiaan itu terkulas jelas di raut anak lima tahun itu.Ia sangat bahagia begitu melihat kumpulan keping logam yang di perolehnya,yang ia lihat hanya setumpuk keeping logam tanpa menyadari jumlah kepingan kepingan itu.

“Ibu uang kita sudah banyak kan ibu?”

“Iya nak,alhamdulillah”.

Ibu hanya tersenyum.

Ya Allah apakah cukup dengan bermodal Rp 50.000,- menyekolahkan anakku?

Tania heran melihat raut muka ibunya yang hanya sedikit memancarkan kebahagiaan.

“Ibu…apa uang kita sudah cukup?”

“Belum nak uang ini kan harus kita belikan bahan-bahan gorengan lagi”.

Dari situlah pertama kalinya juga Tania mengenal uang.Hari ke hari anak itu semakin haus akan ilmu ia tiada henti memperhatikan ibunya yang tengah mengembalikan uang dari pembeli.

“Nak,maafkan ibu ya seharusnya seusia kamu bukan saatnya bekerja keras seperti ini”.

“Tidak apa-apa ibu,Tania senang membantu ibu”.

Ibu sangat terketuk mendengar ucapan polos yang keluar dari mulut sang anak.

Ya Allah terimakasih engkau telah memberiku anak seperti Tania.

Namun Tania mulai bosan sehingga ia berfikir angan-angan telah mengikat tubuhnya.

“Ibu sampai kapan kita seperti ini,sudah satu tahun seperti ini tapi aku tak sekolah juga?”

“Sabar anaku tahun depan ibu janji akan menyekolahkanmu”.

Melihat sang gadis tengah tumbuh di tambah kemampuan berhitungnya yang sudah cakap akhirnya Allah pun memberi mereka rizki yang cukup untuk menyekolahkan Tania.

Seperti janji ibu sebelumya karena melihat kepiawaian Tania ibu menyekolahkanya di SD.Harapan,rupanya sekolah itu menjadi awal dari keberhasilan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun hingga ia bisa sekolah di SMA Tunas Bangsa,salah satu SMA terkemuka di Bandung.

“Nak,,ohok..sudah malam ohok..sebaiknya kamu tidur ohok..ohok..”sahut ibu menghentakan lamunan Tania.

“Ibu benar aku capek,,aku mau istirahat”.

Dengan lekas Tania memasuki kamarnya,kamar yang hanya beralaskan kasur kecil.

“Assalamualaikum…”sahut pak ahmad sambil mengetuk pintu

“Ohok..waalaikum salam ”

“Bagaimana pak hari ini?ohokk..ohok..”

“Sebentar lagi uang kita cukup untuk membeli sepatu Tania tapi bagaimana dengan kesehatanmu?”

“Sudahlah ohok jangan pikirkan aku ohok..ohok..”jawab ibu meyakinkan suaminya itu.

Lelaki itu berjalan menuju kamar anaknya

Dielusnya rambut anaknya itu

“Maafkan bapak nak,bapak belum bisa memberimu sepatu kets yang baru sekarang”.

#####

Keesokan harinya,saat sang fajar menyingsing,Tania bergegas pamit pada ibu dan bapanya.Ia pun mulai berangkat menuju istana ilmunya itu.Tak sedikit orang berdarah biru menyekolahkan anaknya disana.Bahkan bukan hal yang tabu lagi bila hamper seluruh anak bangsawan itu sengaja mempamerkan berbagai pernak pernik mereka.

“Tania lihat deh sepatu baruku harganya lima ratus ribu lo.”

Lima ratus ribu??? Gubrak??mahal amat…Tania hanya tersenyum menimpali kesombongan temanya itu.

Tidak sedikit temanya yang terpukau melihat sepatu baru Icha

“Icha sudahlah..Tania gak akan ngerti mark sepatunya sendiri aja sudah

kumel..!!!”.celetuk Dessi menanggapi Icha.

“Hahahaha………”tawa itu keluar dari murid yang mendengar celetukan dessi.

Tania hanya tersenyum simpul menanggapi cemohan temanya itu,ia sakit tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena memang benar yang mereka katakana.

Sabar Tania sabar..gumanya dalam hati.

“Kring…kring..”bell pulang sekolahpun berdering.Baru beberapa langkah kaki dihentakan Tania,ia tertegun.

“Tania..!!”teguran halus itu menghentikan langkah kaki Tania.Suara sapaan itu begitu familiar di kuping Tania.Ia pun menoleh untuk memastikan pamilik suara itu.

“Baappaak…”bergetar suara Tania.Dilihatnya pedagang kelontongan yang kucel sambil menyongsongkan barang daganganya itu.

Bapaakk…Kenapa bapak ada di sini?bagaimana bila salah satu temanku melihatnya??aku bisa semakin terpuruk oleh cemoohan teman-temanku itu.pertanyaan it uterus bercabang di pikiran Tania.

Tanpa ragu ia pun mengambil seribu langkahnya meninggalkan lelaki tua itu.Sesampai di rumah ia menceritakan tentang sepatu baru milik Icha temanya itu.

“Ibu..pokoknya aku tidak mau pergi sekolah dengan sepatu kucel ini lagi!!”sentak TaniaRupanya amarah itu masih membara di sanubarinya hingga reflect ia pun tak sadar akan ucapanya itu.

“Sabar nak ohok…,tunggu bapakmu dapat rezeqi ohok..ohok..”

Tak lama kemudian terdenagr ketukan pintu di sertai nafas yang terengah-engah.

“Assalamualaikumm..hah…hah..!!”

Baru saja bapak memasuki rumah Tania langsung menyambar bapaknya itu

“Bapak,seharusnya bapak jangan berjualan di depan sekolahku,aku malu nanti mereka akan semakin memperolok-olokankanku!!”sentak Tania disertai tetesan air mata.

#####

Gossip itu semakin menyebar dari mulut ke mulut.Sama seperti dugaan Tania,kini hamper semua orang mencemoh dan memperolok-olok derajat,asal,dan status social Tania.Tak kuasa mendengar gunjingan teman-temanya,Tania memukul meja dan berlari keluar kelas.

“Brug…..”membuat seluruh temanya terkejut dan memperhatikanya.Belum pernah Tania semarah dan sejengkel ini.Tania adalah sosok yang sabar meski teman-temanya selalu memperolok dia,tapi belum pernah mereka melihat Tania semarah dan sejengkel itu.Tanpa sengaja Tania bertemu dengan Bu Fatma,wali kelasnya.Ia pun menceritakan chronology disertai tetesan-tetesan air mata yang telah lama terbendung di pelupuk matanya.Bu Fatma pun spontan memberi sugestykepada anak didiknya itu.

#####

Sepulang sekolah Tania terkejut melihat Bapak dan Ibunya yang tengah menunggunya dari tadi.

“Nsk akhirnya kamu pulang juga”.ujar bapak.

“Nak sini ohok..sini duduk sini..ohok.!!”seru ibu menyuruhnya untuk duduk.Tania pun duduk menghampiri ibunya.

“Lihat nak bapakmu sudah bisa membelikanmu sepatu ohok..ohok..”jelas ibu pada anaknya.Betapa senangnya Tania mendengar ucapan ibunya itu,bertahun-tahun ia mendambakan sepatu baru akhirnya tercapai juga.

Minggu nan cerah secerah dan seceria hati Tania.Pagi itu Tania berniat menuju pusat perbelanjaan bersama ibunya.Sekilas saat ia melihat toko sepatu yang bersebelahan dengan toko obat, Tania teringat nasehat Bu Fatma saat ia mencurahkan isi hatinya kepada Bu Fatma.

“Coba ceritakan pada ibu penyebab yang membuat kamu menangis seperti ini!”seru Bu Fatma.

“Begini Bu..saya sendiri bingung dengan semua ini mengapa mereka selalu

melihat seseorang dari derajat,asal,dan status social saya.Sehingga saya malu

mengakui status keluarga saya bu”.dengan nafas yang terengah-engah disertai cucuran air mata Tania melepaskan amarah yang selama ini menyelimuti sanubari hatinya.

Disisi lain ia bingung dengan semua ini tapi disisi lain juga ia senang bisa melepas unak-unek yang telah lama menyelubunginya itu.

Melihat Tania yang tengah tenang Ibu Fatma memberinya saran.

“Tania sayang..mengapa kamu malu dengan pekerjaan orang tuamu,walau

bagaimanapun mereka tetap orang tuamu.Angkatlah derajat mereka bila kamu

malu dengan prophesy mereka.Kelak Allah akan memberi kamu rahmat lebih

dari dua kali lipat”.

#####

Masih teringat begitu jelas tutur kata Bu Fatma di telinga dan pikiranya itu.Mungkin saatnya ia harus mendengarkan saran Bu Fatma.Meski berat tapi…

“Ohok..Ohok..”Suara itu semakin bergema di mulut Ibunya.Niat yang tengah

koyah itu menjadi kuat.Melihat kondisi Ibunya yang semakin memburuk dari hari

ke hari akhirnya Tania terketuk dan mengurungkan niatnya untuk membeli

sepatu kets.

Tania memapah tangan ibunya ke dokter yang bersebelahan dengan toko obat.

“Ibu maafkan aku selama ini aku acuh pada ibu,aku lebih mementingkan diriku

sendiri di banding ibu”.rengek Tania sambil menjatuhkan air mata dan terus memapah ibunya ke dokter.Ibu terkejut da terpukau melihat perhatian anaknya itu.Sungguh kesenangan yang tak tergantikan terkulas di batin ibu.

Ya Allah terimakasih Engkau telah membukakan pintu hati anakku terimakasih Ya Allah.

Tania mencoba tegar dan tidak menggubris cemoohan dari teman-temanya

itu.Ia ingin meringankan beban kedua orang tuanya sama seperti pesan Bu Fatma kepadanya.Beberapa hari setelah itu di sekolahnya terdapat lomba mengarang cerpen.Di atas tarian pena ia mulai mencurahkan isi hatinya.Alhasil denagn buah karyanya itu,ia bisa memenangkan lomba mengarang cerpen tingkat provinsi.

Selain itu teman-teman Tania pun terketuk membaca buah karya Tania,apalagi semenjak peristiwa itu mereka menyadari bahwa manusia itu tak selamanya tegar bila di tindas mereka menyadari doa orang yang tertindas itu lebih mujarab,sehinnga kini asal-usul,derajat,bahkan status social tidaklah penting dalam meniti kehidupan karena manusia itu pada dasarnya sama di mata Allah.

Sepatu kets yang tengah usang itu telah membuatnya mengerti bagaimana menjadi batu karang dengan deburan ombak,dan benar kata Bu Fatma kini selain mempunyai sepatu kets baru ,sejumlah uang yang di dapatkan dari buah karyanya itu,ia berikan untuk bapak ibunya untuk awal pekerjaan yang lebih dari sebelumnya.

TAMAT

5 komentar: